Apa Yang Kamu Tabur, Itulah Yang Kamu Tuai, Ungkapan Mengandung Makna Mendalam Tentang Sebab dan Akibat
Apa Yang Kamu Tabur, Itulah Yang Kamu Tuai, Ungkapan Mengandung Makna Mendalam Tentang Sebab dan Akibat
Ilustrasi
Nuansamedianews.com - Pepatah Apa yang kamu Tabur, itulah yang kamu Tuai, merupakan salah satu Ungkapan yang mengandung makna mendalam tentang sebab dan akibat, serta menjadi pengingat bahwa setiap tindakan yang kita lakukan akan membawa konsekuensi yang setimpal, baik itu positif maupun negatif. Prinsip ini tidak hanya berlaku dalam kehidupan pribadi, tetapi juga dalam hubungan sosial, karier, dan bahkan kehidupan spiritual.
- Ketika kita memperlakukan orang lain dengan kebaikan, perhatian, dan empati, kita cenderung mendapatkan sikap yang sama dari mereka. Namun, jika kita menyakiti atau memanfaatkan orang lain, cepat atau lambat, kita akan menghadapi situasi yang sama.
- Secara harfiah, pepatah ini berasal dari dunia pertanian. Dalam konteks pertanian, petani yang menanam (menabur) benih yang baik, merawatnya dengan cermat, dan memberi perhatian yang cukup akan menuai hasil yang baik. Sebaliknya, jika benih yang ditanam tidak dirawat atau kualitasnya buruk, hasil panen pun tidak akan memuaskan. Prinsip yang sama berlaku dalam kehidupan manusia.
- Secara umum, kalimat apa yang kamu tabur menggambarkan tindakan, sikap, dan keputusan yang kita buat setiap hari. Sedangkan apa yang kamu tuai mengacu pada hasil atau dampak dari tindakan-tindakan tersebut. Setiap perilaku yang kita lakukan akan menghasilkan konsekuensi, entah itu di masa depan dekat atau jauh. Inilah yang menjadi dasar dari prinsip hukum sebab-akibat.
- Dalam Islam, pepatah tersebut biasanya dibahasakan sebagai hukum “tabur tuai” yang berbeda dengan hukum karma. Hal ini karena karma adalah konsep yang ditemukan pada agama-agama yang mempercayai tentang adanya reinkarnasi. Sementara Islam tidak mengenal apalagi mempercayai konsep reinkarnasi tersebut.
- Islam menegaskan bahwa apa yang dilakukan manusia (amal) akan mendapatkan balasannya. Entah balasan tersebut langsung di dunia atau terjadi kelak di akhirat. Balasan tersebut pada prinsipnya berasal dari Allah SWT. Bahkan, Al-Qur'an juga menegaskan bahwa sekecil apapun amal akan mendapatkan balasannya.
- Allah SWT berfirman dalam QS. AL-Zalzalah ayat 7-8:
- فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗۚ وَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَهٗ ࣖ
- Artinya: "Maka siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah, dia akan melihat (balasan)-nya. Dan siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah, dia akan melihat (balasan)-nya."
- Dalam ayat yang lain, Allah juga menegaskan bahwa setiap muslim wajib hukumnya mempercayai bahwa setiap apa yang mereka lakukan harus dipertanggung jawabkan.
- Dalam QS. Al-Isra ayat 7, Allah SWT berfirman:
- اِنْ اَحْسَنْتُمْ اَحْسَنْتُمْ لِاَنْفُسِكُمْ ۗوَاِنْ اَسَأْتُمْ فَلَهَاۗ فَاِذَا جَاۤءَ وَعْدُ الْاٰخِرَةِ لِيَسٗۤـُٔوْا وُجُوْهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوْهُ اَوَّلَ مَرَّةٍ وَّلِيُتَبِّرُوْا مَا عَلَوْا تَتْبِيْرًا
- Artinya: “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri. Apabila datang saat hukuman (kejahatan) yang kedua, (Kami bangkitkan musuhmu) untuk menyuramkan wajahmu lalu mereka masuk ke dalam masjid (Masjidil Aqsa), sebagaimana ketika mereka memasukinya pertama kali dan mereka membinasakan apa saja yang mereka kuasai”.
- Selain itu, Allah juga memberikan penjelasan bahwa terhadap sebuah kejahatan yang dilakukan oleh orang lain kepada dirinya, manusia memiliki opsi untuk memberikan maaf ketimbang membalas kejahatan. Bahkan opsi memberikan maaaf tersebut diiringi dengan janji pahala yang besar.
- Dalam surat Asy-Syura ayat 40 Allah SWT berfirman:
- وَجَزٰۤؤُا سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِّثْلُهَا ۚفَمَنْ عَفَا وَاَصْلَحَ فَاَجْرُهٗ عَلَى اللّٰهِ ۗاِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الظّٰلِمِيْنَ
- Artinya: "Balasan suatu keburukan adalah keburukan yang setimpal. Akan tetapi, siapa yang memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat), maka pahalanya dari Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang zalim."
- Dalam literatur hadits, terdapat banyak sekali pernyataan Rasulullah yang menegaskan bahwa setiap amalan manusia akan mendapatkan balasan setimpal dari Allah SWT. Di antaranya ialah hadits yang menjelaskan bahwa seseorang yang memperingan kesusahan saudaranya, maka akan dihilangkan kesusahannya oleh Allah kelak di hari kiamat:
- مَنْ كَانَ فِى حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِى حَاجَتِهِ وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً فَرَّجَ اللَّهُ عَنْهُ بِهَا كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ [أخرجه مسلم]
- Artinya: “Barangsiapa yang memenuhi kebutuhan saudaranya maka Allah akan memenuhi kebutuhan dirinya. Barangsiapa yang mengangkat kesusahan seorang Muslim maka Allah akan mengangkat darinya kesulitan dari kesulitan yang ada kelak para hari kiamat. Dan bagi siapa yang menutup (aib) seorang Muslim, maka Allah akan menutupi aibnya kelak pada hari kiamat“. (HR Muslim no. 2580.)
- Terdapat pula hadits yang menjelaskan jaminan terbebas dari siksa neraka bagi mereka yang berusaha membela kehormatan saudaranya:
- مَنْ رَدَّ عَنْ عِرْضِ أَخِيهِ, رَدَّ اللَّهُ عَنْ وَجْهِهِ النَّارَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ [أخرجه أحمد]
- Artinya: “Barangsiapa yang menjaga kehormatan seorang muslim, maka Allah akan menjaganya dari api neraka kelak pada hari kiamat“. (HR Ahmad 45/528 no: 27543)
- Masih banyak lagi hadits lainnya yang senada dengan dua hadits ini yang pada prinsipnya menegaskan bahwa apa yang kita lakukan (tanam) akan selalu senada dengan apa yang akan kita dapatkan (tuai) sebagai sebuah konsekuensi. Wallahu a’lam bis shawab.
Editor : (Marthagon)

Komentar
Posting Komentar