Gerakan Tanam Padi Musim III Dimulai di Dusun 3 Attupunge, Jawab Tantangan Swasembada Pangan
Gerakan Tanam Padi Musim III Dimulai di Dusun 3 Attupunge, Jawab Tantangan Swasembada Pangan
Bara Batu - Nuansamedianews - Petani di Dusun 3 Attupunge, 7 Agustus 2025 Desa Bara Batu, Kecamatan Labakkang, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, resmi memulai gerakan tanam padi musim tanam III tahun 2025. Penanaman ini menjadi momen bersejarah, karena untuk pertama kalinya para petani di wilayah tersebut melakukan penanaman padi sebanyak tiga kali dalam setahun, yang sebelumnya hanya dilakukan dua kali dengan satu musim palawija.
Langkah ini merupakan bentuk konkret dukungan terhadap arahan Presiden Republik Indonesia dalam rangka mewujudkan swasembada pangan nasional. Petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Alam Perkasa bersama pemerintah desa dan pemerintah kabupaten berkolaborasi untuk menjawab tantangan tersebut dengan serius.
“Biasanya hanya dua kali tanam padi dan satu kali palawija, tapi tahun ini kita beralih ke tiga kali tanam padi. Ini bukan hanya perubahan pola tanam, tapi juga komitmen kita terhadap ketahanan pangan nasional,” ujar salah satu perwakilan kelompok tani.
Kepala Dinas Pertanian Pangkep, Andi Sadda, juga menegaskan bahwa produktivitas kelompok Tani Alam Perkasa terus meningkat seiring dengan semangat berinovasi yang tak pernah surut.
“Tani Alam Perkasa selalu ingin berinovasi, mulai dari benih, pupuk, pestisida, dan sejenisnya. Maka dari itu produksinya selalu meningkat,” ujarnya saat diwawancarai usai proses tanam perdana.
Penyuluh pertanian lapangan, Yazier, menyampaikan bahwa keberhasilan ini tak lepas dari sinergi yang terjalin antara penyuluh dan petani. “Kami selalu berkoordinasi dengan petani, mendorong untuk tetap semangat menanam, membantu kebutuhan perairan dengan berkoordinasi langsung dengan pihak PU, serta memberikan edukasi terkait bibit yang digunakan,” ungkapnya.
Pada musim tanam kali ini, petani menggunakan varietas padi M70D yang dikenal sebagai bibit unggul dengan masa panen yang lebih cepat. Penyuluh juga terus mendampingi petani dalam proses penanaman hingga panen.
Tidak hanya soal teknis, faktor ekonomi juga menjadi semangat tersendiri bagi para petani. Harga gabah yang dijaga tidak boleh di bawah Rp7.500 per kilogram memberikan rasa aman dan optimisme dalam menjalani musim tanam ini.
Gerakan ini menunjukkan bahwa dengan kerja sama yang baik antara petani, penyuluh, pemerintah desa, dan pemerintah daerah, target besar seperti swasembada pangan bukanlah hal yang mustahil untuk dicapai.(Nur Alvi Suhaini)
Posting Komentar