Mengharapkan Balasan dari Orang Yang di Tolong, Akan mendapatkan Kekecewaan
Mengharapkan Balasan dari Orang Yang di Tolong, Akan mendapatkan Kekecewaan
IlustrasiNuansamedianews.com - Dalam Islam, niat memegang peranan penting dalam setiap perbuatan, Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya setiap amal tergantung pada niatnya.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Sehingga jika seseorang membantu dengan niat ikhlas karena Allah Swt., maka ia akan mendapatkan pahala yang berlipat. Namun, bagaimana jika niat tersebut bercampur dengan harapan akan balasan duniawi, seperti mengharapkan bantuan kembali....? Apakah boleh...?
Islam senantiasa mendorong agar kita berbuat baik kepada sesama manusia, menolongnya jika ia membutuhkan, membantunya jika ia dalam kesempitan. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا، نَفَّسَ اللهُ عَنهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ القِيَامَةِ. وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ، يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ. وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِماً سَتَرَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ. وَاللهُ في عَوْنِ العَبْدِ مَا كَانَ العَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيْهِ.
Artinya : “Barangsiapa yang menghilangkan kesusahan dari kesusahan-kesusahan dunia orang mukmin, maka Allah akan menghilangkan kesusahan dari kesusahan-kesusahan hari kiamat. Barangsiapa yang memberi kemudahan orang yang kesulitan (utang), maka Allah akan memberi kemudahan baginya di dunia dan akhirat. Siapa yang menutup aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan di akhirat. Siapa saja yang menolong saudaranya, maka Allah akan menolongnya sebagaimana ia menolong saudaraya.” (HR. Muslim, no. 2699).
Allah sendiri yang menjanjikan bahwa orang yang suka menolong orang lain maka Allah akan membalas menolongnya dan akan memudahkan kehidupannya di dunia dan di akhirat. Oleh karena itu, seorang mukmin berusaha untuk melandasi setiap pertolongan yang ia berikan dengan mengharap balasan hanya dari Allah.
Membantu manusia dengan harapan balasan dari manusia hanya akan mendatangkan kekecewaan dan sakit hati, karena boleh jadi dia membalas lalu tidak sesuai dengan harapan kita atau boleh jadi dia tidak membalas sama sekali.
Ambillah teladan dari para Nabi ‘allahissalam yang berdakwah kepada kaumnya tanpa mengharapkan imbalan apapun, melainkan ikhlas hanya mengharap wajah Allah Ta’ala. Allah berfirman tentang perkataan Nabi Nuh :
وَيٰقَوْمِ لَآ اَسْـَٔلُكُمْ عَلَيْهِ مَالًاۗ اِنْ اَجْرِيَ اِلَّا عَلَى اللّٰهِ
Artinya : "Wahai kaumku, aku tidak meminta kepadamu harta (sedikit pun sebagai imbalan) atas seruanku. Imbalanku hanyalah dari Allah.” (QS Huud: 29).
Respon yang sama terjadi juga pada Nabi Hud, Nabi Shalih, Nabi Luth, dan Nabi Syu’aib. Allah berfirman tentang perkataan mereka :
وَمَآ اَسْـَٔلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ اَجْرٍ اِنْ اَجْرِيَ اِلَّا عَلٰى رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ ۗ
Artinya : “Aku tidak meminta imbalan kepadamu atas (ajakan) itu. Imbalanku tidak lain, kecuali dari Tuhan semesta alam.” (QS Asy-Syu’ara: 127, 145, 164, 180).
Membantu dengan harapan akan mendapatkan bantuan di masa depan sebenarnya tidak sepenuhnya salah, selama harapan tersebut tidak menghilangkan niat utama untuk mencari rida Allah Swt. Bagaimanapun juga, manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan. Rasulullah saw. pun juga mengajarkan prinsip saling membalas kebaikan.
“Barang siapa yang berbuat baik kepadamu, maka balaslah kebaikannya.” (H.R. Abu Dawud).
Seorang mukmin yang membantu orang lain lantas tidak mendapat balasan dari mereka yang dibantu, tidak akan merasa kecewa dan sakit hati, karena dia yakin dengan janji Allah. Dia sadar bahwa balasan manusia itu hanya sedikit, adapun balasan dari Allah itu besar. Subhanallah...
Editor : (Marthagon)
Posting Komentar